Dengan
Rambut yang digerai, sedikit keriting dibagian bawah, dan berwarna hitam agak
kepirang pirangan panjang, wanita berhidung mancung, dengan mata yang indah,
dan bentuk pipinya yang seperti bakpao. Menatap keseliling dan sesekali
memandang handphone dengan wajah yang murung, menunggu sesorang menelfon. Tapi
handphone pun tak berdering sama sekali. Wanita itu menghela nafas panjang yang
lumayan membuat tenang. Meskipun tak setenang apa yang dibayangkan.
“Sampai
kapan aku terus menunggu mu untuk menelfonku?” Keluh wanita yang sedang
menunggu ini. Jantungnya seakan berdebar kencang yang tidak karuan, ketika
melihat seorang pria di sebrang jalan yang sedang melihatnya sambil memegang
setangkai mawar putih. Mawar putih adalah bunga kesukaannya. Dan kalau ia marah
untuk meluluhkan hatinya hanya dengan membawa setangkai mawar putih mudah mudahan
ia tidak marah lagi. Pria itu memandang wanita itu selama mungkin tetapi
sesekali menatap bunga yang ia bawa. Dan ketika lampu penyebrangan hijau, sang
pria dan wanita itu pun menyebrang menuju arah yang berlawanan. Ketika mereka
tepat bersebelahan, Pria itu memberikan setangkai mawar putihnya dengan wanita
itu menggunakan tangan sebelah kanannya. Itu dikarenakan wanita itu tepat
berada disisi sebelah kanannya. Dan jalurnya sudah sedemikian rupa. Ketika
bunga itu sampai di tangan wanita itu, wanita itu tersenyum lebar jantungnya
berdebar 3x lipat dari biasanya. Dan tidak lupa mengatakan terima kasih. Tapi
sayangnya bukan pria itu yang ia tunggu.
Pagi
yang cerah dan Kini wanita itu sedang duduk di taman kampusnya. “Bagaimana
kemarin?” Tanya wanita berambut lurus panjang berwarna hitam, hidungnya
mancung, matanya sedikit sipit, memakai lensa berwarna coklat keemasan dan
kulitnya lumayan Putih tetapi tidak pucat. Namanya Tania. Tania sahabatnya
Haera. Ya Haera adalah wanita berambut keriting hanya dibagian bawah tadi.
“Hei kenapa tidak menjawabku? Kenapa kau hanya
terdiam dengan pandangan menyedihkan seperti itu.” Haera hanya dapat menghela
nafas dan menatap sahabatnya.
“Apa yang terjadi padamu? Bukankah seharusnya
hari ini adalah hari dimana kau menceritakan tentang kejadian kemarin.
Queenhaera kau sudah berjanji padaku. Ayo katakanlah…” bujuk sahabatnya itu.
Nama wanita ini adalah Queenhaera Rizky Pranata. Namanya seperti nama pria di
bagian Rizky Pranata. Pranata itu adalahan nama ayahnya. Dulu saat dikandungan,
Haera di USG berjenis klamin Pria. Tetapi ibunya tidak percaya kalau anaknya
yang akan lahir adalah bayi pria. Jadi ibunya memutuskan untuk sekali saja
Haera di USG. Haera juga memiliki 2 orang saudara perempuan dan laki laki. Dan
dia anak paling kecil. Abangnya tinggal bersama Nenek Haera dan sudah bekerja.
Kakak Haera sudah menikah dan tinggal diluar kota. Abang Haera bernama Resa
Riansyah berumur 21 tahun. Sedangkan kakaknya Qhamel Riani berumur 20 tahun.
Dan Haera sendiri berumur 18 tahun. Kakaknya menikah muda karena ada pria jauh
yang melamarnya jadi di keluarga jika ada seorang pria yang melamar tidak boleh
menolaknya Kakaknya juga suka dengan pria itu. Harus di INGAT ya, kakaknya
bukan dijodohkan. Tetapi karena suka sama suka, cinta sama cinta, dan sayang
sama sayang. Dan akhirnya kakaknya menikah muda dan tinggal jauh dari
keluarganya.
“Hei,
kok melamun. Aku tidak suka melihatmu berwajah seperti ini”
“Aku
capek menunggunya berjam jam disana. Tapi dia tak kunjung datang. Aku seperti
orang bodoh duduk di bangku taman.” Haera menunduk, merengut sambil mengoyang
goyangkan kakinya.
“Seharusnya
jika tidak jadi pergi, dia mengabariku terlebih dulu. Sebelum aku datang ke
sana. Ini seenak endasnya membatalkan acara tanpa memberitahuku. Untung saja
aku berjumpa pria itu.”
“Pria
itu? Pria siapa? Kau kenal dengannya??” tanya Tania penasaran.
“Ntahlah.
Aku tak tau dia siapa. Aku hanya melihatnya membawa setangkai mawar putih yang
indah sekali. Sayangnya aku bertemu dia di jalan. Kau tau? Dia memberikan bunga
itu padaku, saat kami berselisihan.” Haera tersenyum gembira mengingat kejadian
semalam. Seorang pria asing memberikan mawar putih yang sangat ia suka.
“Waw,,”
Tania terkejut. “Tak kusangka dia begitu baik padamu. Aku juga mau di berikan
se…” sebelum Tania melanjutkan pembicaraannya ia melihat seorang pria yang sudah
berdiri di belakang Haera.
“Sebaiknya aku harus masuk kelas dulu.” tambah
Tania sambil melihat jam tangan monol yang digunakannya. Setelah itu Tania
mencium pipi Haera dan melihat pria itu. Lalu pergi hingga tak terlihat lagi.
“Selamat
pagi Queenn.” Sapa pria dibelakangnya. Haera berbalik dan melihat sosok pria
yang sangat ia benci di pagi itu. Haera tak menjawab sapaan pria itu, lalu dia
berbalik mengambil tas yang berada di sebelah ia duduk lalu berdiri.
“Queenn,
kau marah padaku?? jika aku salah
maafkanlah aku Queenn. Bukan maksudku untuk melupakan janji kita untuk berjalan
jalan siang itu, tetapi aku terlambat bangun lalu terjebak dalam kemacetan.
saat aku sampai disana kau sudah tiada. Aku sempat melihatmu dibelokan jalan.
Tetapi lampu jalan berwarna merah. Butuh 1 menit aku menunggunya sedangkan kau
sudah jauh.” Tambah pria itu panjang lebar.
“Sumpah
Queenn aku menyesal.” Pria itu berlutut dibawah Haera, menunduk dengan memegang
setangkai mawar putih. Haera hanya bisa diam dan terpaku. Ketika melihat pria
itu berlutut, Haera tersontak kaget dan melihat mawar putihnya ia langsung
melemah. Ada apa denganku kenapa aku tidak bisa menahan rasa suka ku pada mawar
putih? Wanita itu terus terusan berfikir. Ia melihat disekelilingnya, orang
orang berhenti berjalan, berhenti untuk beraktifitas, berhenti hanya untuk
memandangi seorang cowok yang sedang berlutut dibawahnya.
“Hei”
sapa Haera. “kau membuatku malu. Seberapa besar Maluku ini kau tak tau. Ayo
lekas berdiri. Kalau tidak aku akan membuang mawar putihmu itu ke Tongsampah.
Kau mauu??” geretak Haera pada pria itu. Pria itu mengangkat kepalanya lalu menatap
Haera yang sedang menunduk sambil menatap pria itu.
“Aku
hanya bergurau.Aku tak benar benar membuang mawar putih itu ke tong sampah.
Hanya saja aku akan menginjak mawar itu jika kau tak berdiri sekarang juga.”
Ancam Haera. Pria itu berdiri sambil menatap mata Haera dengan lurus. Setelah
itu ia menjulurkan tangannya untuk memberikan bunga itu pada Haera. Semua
pandangan mata yang melihat mereka kembali beraktifitas seperti semula. Haera
mengambil bunga yang diberikan pria itu sambil tersenyum lebar. Pria itu balik
tersenyum dan melihat Haera yang sedang mencium aroma bunga mawar yang
diberikannya.
“Terlalu
manis kau. Aku kurang suka. Kenapa kau tidak datang kemarin???” Tanya Haera
dengan nada mengecil.
“Kan
sudah kukatakan tadi. Aku hanya terlambat bangun, dan menunggu antrian mobil
yang panjang (Macet). ayolah kita berjalan jalan hari ini, untuk menggantikan jadwal
jalan jalan kita siang kemarin yang tidak jadi.” Haera melihat jam yang dipakai di tangan
kirinya.
“Sepertinya hari ini aku tidak bisa. sebentar
lagi aku akan masuk kelas.” Jawab Haera dengan wajah menyesal.
“Bagaimana
kalau nanti malam? Ya untung untung mengganti jadwal jalan jalan siang kita
kemarin menjadi makan malam.” Tambah Haera dengan senyum lebar, dengan mata
sedikit dikedipkan dan penuh harapan.
“Sayang
sekali, padahal aku ingin menunjukkan sesuatu untukmu. Tapi sepertinya lebih menyenangkan
jika nanti malam aku menunjukkannya.” Pria ini adalah mantan pacar Haera dulu.
Tapi sekarang bisa dikatakan teman dekatlah. Pria ini lebih tinggi dari Haera,
rambutnya sedikit jigrak dibagian atas, memiliki sedikit Poni yang
disampingkan, rambutnya berwarna hitam, dengan wajah yang lumayan tampan,
memiliki bola mata yang berwarna hitam, hidungnya mancung, bibirnya sedikit
berwarna merah, berkulit sao matang dan
begitu banyak wanita yang mengidamkannya. Tapi pria itu hanya tertarik pada
satu wanita yaitu Haera. Pria ini bernama Karan Muhammad Jaymin . Ya pria ini
berdarah India. Ia lahir di India pada 19 tahun yang lalu. Tapi sekarang dia
tidak pernah kembali ke India sejak 12 tahun lamanya. Dia mengenal Haera sudah
11 tahun. Karena dulu mereka sempat tetanggaan. Haera biasa memanggilnya dengan
panggilan Ijay dan kadang kala Jaymin.
Tiiiiittt……… Tttiiiiiiittt…… Tiiiittttt……!!!
Terdengar klakson mobil dari depan rumah Haera. “Haera pergi dulu ya maa”
teriak Haera dari dalam rumah.
“Hati
hati sayang” jawab mamanya sambil berteriak hingga menghampiri anaknya sambil
memegang lengan Haera. “Inget, jangan pul” sebelum mamanya menyelesaikan
pembicaraan Haera memotong pembicaraan mamanya
“ang
malam malam. Haera tau maa. Haera kan udah 18 tahun. Jadi mama gak usah
khawatir. Lagi pula Haera pergi sama Ijay kok.” Kata Haera meyakinkan mamanya.
“ohh
mama sangka kamu pergi sama Tania. Bilang sama Ijay, mama titip salam sama mama
papanya. Di sampaikan ya sayang.” Kata mamanya setelah itu mencium pipi
anaknya.
“Ingat
ja” tambah mamanya. Sebelum menyelesaikan kembali perkataan yang ingin dikatakn
mamanya, mamanya melihat mata Haera yang
sudah melotot. Mamanya tertawa melihat kelakuan anaknya itu.
“Ya
udah Haera pergi dulu. Kasian dia udah nunggu lama.” Kata Haera. Haera berjalan
menuju pintu mobil Ijay. Lalu membukanya dan menaiki mobil. Lalu mobil itu
mengklakson hingga meninggalkan rumah
Haera.
“Pamit
sama mamanya kok lama banget. Emang mau kemana sih?”
“Kau
seperti tak tau mamaku saja. Mamaku itu sangat khawatir sama anaknya. Biasa aku
kan anak paling ten ten. Jadi wajib dong kalau di manja, apalagi sama mamanya.”
Jawab Haera dengan percaya diri.
“Halahh,
kelihatan banget anak maminya saaa…” pria itu menghentikan perkataannya. Haera
hanya terdiam, karena sebenarnya pria itu ingin mengatakan ‘sayang ku ini’.
Tetapi dikarenakan dia sudah lama tau Haera tidak suka dipanggil sayang oleh
lelaki kecuali papa dan abangnya maka pria itu menghentikan pembicaarnnya. Menurut
Haera itu terdengar mengesalkan. Karena saat Haera berpacaran dengan Jaymin
dulu, Jaymin selalu mengatakan sayang kepadanya. Tapi dia tidak pernah merasakan
kasih sayang dari Jaymin. Baginya Jaymin
itu hanya memainkan perasaannya. Dulu Haera sangat sayang kepadanya. Tetapi Jaymin
malah berpacaran dengan wanita lain. obrolan yang sebentar tadi tiba tiba
berubah menjadi kesunyian. Haera menarik nafas lalu melihat Jaymin yang sedang
menyetir mobil.
“Mawar
putih buatku mana??” Haera sadar, bahwa
keadaan sangat sunyi jadi dia lebih dulu menyapa dari pada diperjalanan mereka
dihantui kesunyian mending mereka mengobrol.
“Maaf
Queenn, hari ini aku tidak membawa setangkai mawar putih untukmu.”
“wah
wahh, berani sekali kau datang menjemputku tanpa membawa itu.” Repet Haera
kepada Jaymin.
“Ya
memang aku berani. Karena aku tidak membawa setangkai. Tapi aku membawanya
seikat untukmu. Itu ada di kursi belakang.” kata Jaymin dengan tertawa kecil.
Haera yang sebelumnya melihat Jaymin lalu mengalihkan pandangannya ke kursi
belakang. Mata Haera melotot, lalu tersenyum.
“Hei,
reaksimu tak harus begitu” ledek Jaymin. Haera mengalihkan pandangannya kembali
kepada Jaymin.
“Lantas,
aku harus bereaksi seperti apa. Kalau saja aku tak bereaksi seperti itu, kapan
kapan kau tak mau memberikan mawar putih seperti ini lagi kepadaku” Haera
membalas ledekan Jaymin. Jaymin yang menyetir sesekali melihat wanita yang ada
di sebelahnya.
“Kau
ini. Berapa banyak mawar putih dirumahmu??” gurau Jaymin. “Selalu saja mawar
putih, mawar putih. Kenapa tidak mawar merah??”
“Lah
lahh, kau selalu bertanya seperti itu. Hei Jay, bukankah kau yang mengerti
aku?? Kau kan penggemarku. Masak kau tak tau. Sudah lama kau mengenalku Jay.
Masa begitu saja kau tak tau…” balas Haera dengan meyipitkan matanya. Pria itu
tertawa mendengar perkataan Haera.
“Apa? Apa yang salah??”
“Tidak,
kau ini lucu sekali Queen. Maka itu aku sangat menyesal sekarang. Kenapa aku
menyia nyiakanmu dulu” kata jaymin melihat Haera sambil meyipitkan matanya.
Haera tertawa lalu melihat Jaymin.
“Kau
sangka aku bodoh seperti wanita wanita yang lain. aku emang menyukaimu, tapi
aku sudah menganggapmu sebagai abangku. Kau tau, kau itu hanya penolong buatku”
kata Haera sambil tertawa. Karena lampu menunjukkan warna merah, mobil yang
dinaiki mereka pun berhenti menunggu lampu berwarna Hijau. Kalau tidak
mengikuti aturan lalu lintas, bisa bisa mereka ditilang. Jadi ikuti aturan saja
yaa.
“Penolong??”
tanya Jaymin. “Penolong apa??”
“Kau
ini Lemot sekali.” Jawab Haera tertawa. “kau ini layaknya malaikat yang turun
dari langit. Kau selalu ada buatku disaat aku sedih, aku kesulitan, aku dalam
bahaya, kau selalu ada” Haera menggerakkan tangannya seperti orang orang
membaca puisi dengan gayanya menunjukkan keatas saat berkata ‘Turun dari
langit’. Selagi Haera berbicara, pria itu memperhatikannya dan tertawa.
“Salahnya
sangat sulit kurasa, bahwa kau pernah menyakitiku dengan memilih wanita lain.”
katanya dengan suara mengecil. Jaymin terdiam dan raut wajahnya yang tersenyum
lebar, kini senyumnya tipis sekali. lampu jalan berwarna hijau, percandaan tadi
kembali merubah segalanya menjadi kesenyuin .
Haera dan Jaymin duduk bersebelahan
di suatu café yag sudah sering mereka datangi. Mereka sudah memesan makanan dan
minuman. Lalu mereka melanjutkan pembicaraan yang sempat berhenti dikarenakan
perkataan Haera.
“Hei”
sapa Jaymin. “kau benar benar membuatku kesal.”
“Kesal??”
Haera terpelanga.
“Ya
Kesal. Aku kesal dengan percandaan kita tadi. Padahal aku serius mengatakan,
kalau aku menyesal menyia nyiakanmu dulu.”
“maksudmu?
Maksudmu apa sih aku tidak mengerti.”
“kau
tidak mengerti, apa pura pura tida mengerti?” Jaymin mendekatkan wajahnya ke
wajah Haera. Haera mengelak dan menjauhi wajah Jaymin dengan memundurkan
kepalanya.
“Kau
masih tidak mengerti?” Jaymin tersenyum dan menjauhi wajahnya. Haera menggeleng
dan menggigit jari telunjuknya. Jaymin terdiam, lalu melihat sekitarnya dan
merapikan jas yang ia pakai. Lalu melihat Haera secara singkat. Haera tertawa
melihat Jaymin. Ketika Jaymin melihat Haera tertawa, Haera terdiam dan menutup
mulutnya sendiri.
“iya iya, aku mengerti. Maksudmu tadi Kau masi
mencintaiku kan??”
“Nah,
itu dia baru nalar.” Jaymin menunjuk hidung Haera. Haera melihat Jari telunjuk
Jaymin yang menunjuk hidungnya.
“
iya, kenapa? Kau tidak mau jika aku mencintaimu kembali?” tanya Jaymin. Mereka
berdua saling bertatapan. Saling berpandangan lurus pada mata lawan bicaranya.
“Aku mencintaimu.” Kata Jaymin dengan suara
mengecil. “I-LOVE-U” dia mengeja perkataannya. “Aishiteru” katanya lagi. Haera
hanya menatapnya terus menerus. Dadanya terasa ada yang mengganjal, dan dia
tidak tau harus menjawab apa. Dalam hati ia berkata, jika aku kembali padamu.
Aku takut, aku takut kau tidak seperti ini. Aku takut, aku takut kau bersikap
berbeda. Dan aku juga takut, takut jika aku putus denganmu yang kedua kalinya
kau tak melihatku bahkan kau akan membenciku. ‘Bagaimana ini, aku harus
menjawab apa.’
“Kau
tak mau menjawabku??”
“sulit
kurasa untuk mengatakannya”
“Sulit?”
Jaymin menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal,
“ya.
Karena aku bingung kau sedang berkata jujur, bercanda atau apa??” Haera kembali
menggigit jari telunjuknya. Pria itu tertawa.
“Queen
jujur dari hatiku yang paling dalam. Aku sungguh sungguh mencintaimu. Kau masih
tidak percaya juga?” kata Jaymin sambil memegang tangan Haera. Haera menggeleng
kepalanya.
“Kau ini sulit dii..” sebelum Haera
melanjutkan pembicaraan ia melihat seorang pria yang duduk sendirian di café
itu. Pria itu seperti tak asing lagi di pandangan matanya. Ia melihat sambil
mengingat siapa pria itu. Terus mengingatnya dan “Ya, aku ingat” katanya menunjukkan
jari lalu berjalan menghampiri pria itu. Jaymin hanya duduk dan melihat
kelakuan Haera yang menghancurkan moment itu.
“Hei,
mau kemana Queen??” kata Jaymin. Tapi Haera tak memperdulikan Jaymin. Setelah
sampai didepan meja pria itu, Haera tersenyum. Pria itu melihat Haera dari
bawah keatas lalu membalas senyumnya.
“Hai”
sapa pria itu.
“Hai, kau ini kan” kata Haera setengah
setengah.
“kau ini yang memberikan mawar putih padaku
saat kita berselisihan di jalan kan?” tanyanya meyakinkan pria itu. Pria itu tertawa lalu menunjukkan jari
telunjuknya kepada Haera dan menggoyangkan jarinya itu.
“ohh
iya, kau wanita misterius dengan pandangan sinis itu kan”. Haera tertawa
mendengar perkataan pria itu.
“Bolehkah
aku duduk disini?”
“Tentu
saja. Lagi pula aku hanya sendirian. Ayo silahkan duduk.” Kata Pria itu
mempersilahkan dengan menjulurkan tangannya.
“Bagaimana? Kau suka bunga dariku?” pria itu mengawali pembicaraan. Haera sedikit
membuka mulutnya lalu menaiki alis mataya sebelah dengan mengerutkan keningnya.
Jaymin melihat mereka berdua dari kejauhan. Tapi sayang Jaymin tidak dapat
mendengar percakapan mereka berdua.
“Aku
suka mawar putih. Jadi tak heran aku suka bunga darimu.”
“hah?
Kau suka mawar putih? Sama seperti ibuku, ibuku juga suka mawar putih
“benarkah??”
tanya Haera dengan wajah penasaran.
“Ya
benar. Kau meragukanku??” pria itu balas pertanyan haera dengan menatap Haera.
Haera tertawa melihat pria itu menatap Haera.
“Aku
suka matamu”. Haera terdiam lalu tersenyum lebar.
“Kau
ini lucu sekali. Aku yang suka dengan matamu. Matamu brwarna coklat. Oh iya, sebelum
kita ngobrol lebih lama, sepertinya kita harus memperkenalkan diri” Haera menjulurkan tangannya dan melihat wajah
pria itu. “Namaku Queenhaera. Terserahmu mau memanggilku apa. Queen atau Haera
juga boleh”. Pria itu tersenyum lalu melihat mata Haera dengan lurus.
“Namaku
Zaki Fadhly Rahman” katanya sambil berjabatan dengan Haera.
“terserahmu
mau memanggilku dengan panggilan apa Queen.” Haera menggeleng gelengkan
kepalanya dan tersenyum. Tangan mereka berdua masih berjabatan dan sepertinya
pria itu tidak ingin melepaskan tangan Haera. Haera pun hampir terhipnotis oleh
nya. Lalu tiba tiba Haera tersontak kaget lalu merunduk. Zaki masih menatap
Haera.
“Hei
Zaki. Lepaskan tanganku. Temanku sedang menungguku disana.” Tambahnya sambil
menunjuk ke arah Jaymin.
“Itu
temanmu??” tanya Zaki.
“iya.
Ya sudah, selamat tinggal.” Zaki memegang lengan Haera. Haera pun melihat Zaki,
mereka berdua saling melihat.
“Jangan
ucapkan selamat tinggal. Aku rasa kita akan terus berjumpa.” Haera mengalihkan pandangannya ke arah
Jaymin. Jaymin pun melihat Haera dari kejauhan. Zaki juga melihat Jaymin secara
bersamaan. Lalu Haera melihat Zaki yang sedang melihat Jaymin. Zakipun akhirnya
melepaskan lengan Haera.
“Kenapa
kau yakin sekali kalau kita pasti akan terus berjumpa?” kata Haera sambil
tersenyum lebar.
“karena
aku akan megikutimu”. Zaki yang tadinya melihat Jaymin kini beralih melihat
Haera sambil tertawa. Haera tertawa setelah itu kembali melihat Jaymin.
“Ya
sudah. Aku pergi dulu” kata Haera tersenyum lebar. Haera yang tadinya duduk di
sebelah Zaki kini berdiri dan berjalan meninggalkan Zaki. Zaki melihat Haera
hingga sampai di meja Jaymin. Jaymin pun melihat Zaki yang sedang melihat
Haera. Hah, sungguh ribet pria pria ini lihat lihatan wanita.
“Terima kasih” kata Haera. Makanan
yang dipesan sudah sampai di meja mereka. Dan kini mereka siap untuk
menyantapnya. Jaymin sesekali melihat Haera yang sedang makan lalu tersenyum.
Haera yang merasa sedang diperhatikan oleh Jaymin langsung mencubit tangannya
Jaymin.
“Kau
kau, jangan berulah” kata Haera dengan mulut penuh dengan makanan.
“aku
lucu melihatmu. Kelihatan sekali kau sedang kelaparan.”Jaymin yang sedang memotong
potongan steak pun tertawa. Haera cepat cepat mengunyah dan menelan makanannya.
“ahh
kau ini bergurau. Kau tau ini jam berapa??” tanya Haera sambil menunjuk jam. “Jam
20:35 WIB. Dan kau tau kita harus apa??”
“ya
aku tau.”
“Lantas,
mengapa lama sekali kau makan.” Kata Haera sambil melihat makanan.
“Hei,
makanan ini baru datang. Mungkin ada kemacetan saat mereka memasak. Sehingga
lama sekali makanan ini dihidangkan dimeja kita.” Kata Jaymin sambil melihat
Haera. Haera yang mengunyah makanan tersedak. Lalu Jaymin pun memberikan
minuman kepada Haera.
“Kau
tak tau cara menelan ya??” tanya Jaymin dengan raut wajah yang sedikit marah.
Haera yang tersedak kini kembali normal.
“Habisnya
kau lucu sekali. Kau sangka café ini jalan raya sehingga ada kemacetan?” kata
Haera tertawa.
“Ahh
kau ini yang aneh.”
“Apa??
Aku??” Haera menunjuk hidungnya menggunakan jari telunjuknya.
“Iya.
Kelihatan sekali kau tidak biasa masak” ledek Jaymin.
“Kauuuuuu…”
kata Haera geram. Zaki melihat mereka dari kejauhan, Karena zaki akan pergi
meninggalkan café. Ketika zaki sudah keluar, Haera melihat meja Zaki. Tetapi
Zaki sudah tidak berada disana.
“halahh
tidak usah ngeles. Emang nyatanya begitukan.” Kata Jaymin tertawa. Saat Jaymin
berbicara. Haera tidak mendengarnya. Dia hanya melihat ke arah tempat Zaki
duduk tadi.
“Hei
Queen” kata Jaymin.
Haera
hanya terdiam dan terus memandangi tempat itu. Ia melihat sekeliling tapi zaki
tidak ada.
“Queeenn.”
Kata Jaymin menggoyang lengan Haera. Haera tersontak kaget lalu melihat Jaymin.
Tetapi Haera hanya membalasnya dengan senyuman yang singkat. Jaymin heran
melihat kelakuan Haera. Dalam hati Haera berkata ‘kau seperti hantu. Tiba tiba
menghilang’ sambil tersenyum memandang piring yang hanya ada kwitiaw yang
tinggal beberapa sendok lagi, kerupuk, acar, dan mentimun. Lalu Haera melihat
piring Jaymin yang hanya tinggal sendok, garpu, dan wortel.
“kenapa
cepat sekali kau memakannya”Haera melihat piring Jaymin sambil tertawa.
“bukankah
kau yang menyuruhku cepat menghabisi makanan ini.”
“Ternyata
kau yang lapar sekali, bukan aku. kalau begitu aku selesai memakannya” Haera
melepaskan sumpit yang ia pegang.
“Hei
Queen kau tidak bisa begitu.” Jaymin mengedipkan kedua matanya 2x secara
berturut turut dan memajukan sedikit mulutnya.
“ahhh
aku sudah kenyang. Jika perutku meledak kau mau tanggung jawab?” gurau Haera.
“Baiklah
jika sudah selesai. Aku ingin menunjukkan sesuatu untukmu. Tetapi bukan
disini.” Jaymin tersenyum.
“Lalu
harus apa sekarang?”
“Harus
tidur…!! Ya harus berdirilah.” Jaymin sedikit kesal dengan Haera. Meskipun dia
tau Haera hanya bergurau, tetapi dia tidak mau kalau Haera merusak
keseriusannya. Saat melihat haera tertawa, semua rasa kesalnya hilang begitu
saja.
Haera
terpanah melihat Taman yang dihiasi lilin lilin kecil serta mawar putih yang
bertebaran dimana mana. Ia merasakan seperti mimpi indah yang ia tidak mau
bangun dalam mimpi itu. Jaymin pun membalas reaksi Haera dengan senyuman lebar.
Rasanya sangat puas melihat reaksi Haera yang sangat bahagia seperti itu,
sampai Haera berputar putar.
“Bagaimana?
Kau suka??” kata Jaymin menghentikan Haera yang berputar. Haera menarik nafas
lalu mengeluarkannya lewat mulut. Lalu tersenyum lebar.
“I
can’t belived.” Jawab Haera tersenyum.
“kalau
kau mau, datanglah ke taman ini jika kau sedang merasa kesulitan.Tempat inilah
yang ingin aku tunjukkan kepadamu. Taman ini milik ku. Aku sengaja membuat
taman ini dan merahasiakannya dari orang orang hanya untukmu.” Haera melihat
Jaymin dan mendekatinya.
“Kau
benar benar masih mencintaiku?” tanya Haera penasaran dan berjalan menuju
Jaymin.
“Ya.
Aku selalu mengatakannya padamu. Tapi kau tak pernah mendengar perkataanku.”Jaymin
mengecilkan nada bicaranya. Bagaikan momen momen itu tidak ingin diakhiri oleh
Jaymin. Haera yang sudah berdiri didepannya dan menatapnya hanya dapat terdiam.
“Aku
tau. Kau tidak akan pernah mau kembali kepadaku karena kesalahanku yang begitu
besar. Tapi jujur, aku masih mengharapkanmu kembali.” Haera seperti tersontak
kaget. Jantungnya berdebar lalu ia berpikir sejenak. Ntah apa yang ia pikirkan,
setelah itu ia menegakkan kepalanya dan melihat Jaymin yang berada di depannya.
“Sepertinya
kita harus pulang. Sudah pukul berapa ini. nanti mamaku marah.” Kata Haera
menghentikan ketegangan. Jaymin tersenyum lebar dan memegang pergelangan tangan
Haera.
“Kau
tak marah padaku aku berkata seperti itu tadi?”
“Tidak.
Aku kan sayang padamu. Lagi pula betapa sering kau ungkapkan perasaanmu ini.
Jadi aku tak heran.” gurau haera. Jaymin tertawa mendengarnya.
“hahhaha,
kau kau kau. Benar benar…!!” kata Jaymin yang terpotong oleh perkataannya.
“eiiittt,
kau mau mengatakan apa. Ayooo lekas pulang” sela haera kepada Jaymin.
“hmmmppp,
baiklahhh. BAWEL…!!” ledek Jaymin. Jaymin menarik lengan Haera. Tetapi Haera
tidak mau jalan. Lalu Jaymin melihat Haera.
“Sebelumnya
terima kasih” Jaymin hanya dapat
membalas ucapan Haera dengan tersenyum dan mengangguk. “ohh iya” tambah Hera
sambil memukul keningnya.
“Kenapa??”
tanya Jaymin.
“mamaku
titip salam kepada orang tuamu” kata Haera.
“Oh..!! aku sangka apa”
kata Jaymin sambil tertawa. “baiklah akan aku sampaikan, ayo kita pulang” ajak
Jaymin.
baguss artikelnya
BalasHapusKunbal yaa
ubeddiafakhri.blogspot.com
Kisah adalah bunga.Ketika satu tangkai patah dan mati, serbuk sari pelajarannya akan berkelana, menumbuhkan kisah baru yang jauh lebih indah -Fiersa Besari
BalasHapus