White Roses Make Me Happy With You (Part 1)


Dengan Rambut yang digerai, sedikit keriting dibagian bawah, dan berwarna hitam agak kepirang pirangan panjang, wanita berhidung mancung, dengan mata yang indah, dan bentuk pipinya yang seperti bakpao. Menatap keseliling dan sesekali memandang handphone dengan wajah yang murung, menunggu sesorang menelfon. Tapi handphone pun tak berdering sama sekali. Wanita itu menghela nafas panjang yang lumayan membuat tenang. Meskipun tak setenang apa yang dibayangkan.
“Sampai kapan aku terus menunggu mu untuk menelfonku?” Keluh wanita yang sedang menunggu ini. Jantungnya seakan berdebar kencang yang tidak karuan, ketika melihat seorang pria di sebrang jalan yang sedang melihatnya sambil memegang setangkai mawar putih. Mawar putih adalah bunga kesukaannya. Dan kalau ia marah untuk meluluhkan hatinya hanya dengan membawa setangkai mawar putih mudah mudahan ia tidak marah lagi. Pria itu memandang wanita itu selama mungkin tetapi sesekali menatap bunga yang ia bawa. Dan ketika lampu penyebrangan hijau, sang pria dan wanita itu pun menyebrang menuju arah yang berlawanan. Ketika mereka tepat bersebelahan, Pria itu memberikan setangkai mawar putihnya dengan wanita itu menggunakan tangan sebelah kanannya. Itu dikarenakan wanita itu tepat berada disisi sebelah kanannya. Dan jalurnya sudah sedemikian rupa. Ketika bunga itu sampai di tangan wanita itu, wanita itu tersenyum lebar jantungnya berdebar 3x lipat dari biasanya. Dan tidak lupa mengatakan terima kasih. Tapi sayangnya bukan pria itu yang ia tunggu.


             
              Pagi yang cerah dan Kini wanita itu sedang duduk di taman kampusnya. “Bagaimana kemarin?” Tanya wanita berambut lurus panjang berwarna hitam, hidungnya mancung, matanya sedikit sipit, memakai lensa berwarna coklat keemasan dan kulitnya lumayan Putih tetapi tidak pucat. Namanya Tania. Tania sahabatnya Haera. Ya Haera adalah wanita berambut keriting hanya dibagian bawah tadi.
 “Hei kenapa tidak menjawabku? Kenapa kau hanya terdiam dengan pandangan menyedihkan seperti itu.” Haera hanya dapat menghela nafas dan menatap sahabatnya.
 “Apa yang terjadi padamu? Bukankah seharusnya hari ini adalah hari dimana kau menceritakan tentang kejadian kemarin. Queenhaera kau sudah berjanji padaku. Ayo katakanlah…” bujuk sahabatnya itu. Nama wanita ini adalah Queenhaera Rizky Pranata. Namanya seperti nama pria di bagian Rizky Pranata. Pranata itu adalahan nama ayahnya. Dulu saat dikandungan, Haera di USG berjenis klamin Pria. Tetapi ibunya tidak percaya kalau anaknya yang akan lahir adalah bayi pria. Jadi ibunya memutuskan untuk sekali saja Haera di USG. Haera juga memiliki 2 orang saudara perempuan dan laki laki. Dan dia anak paling kecil. Abangnya tinggal bersama Nenek Haera dan sudah bekerja. Kakak Haera sudah menikah dan tinggal diluar kota. Abang Haera bernama Resa Riansyah berumur 21 tahun. Sedangkan kakaknya Qhamel Riani berumur 20 tahun. Dan Haera sendiri berumur 18 tahun. Kakaknya menikah muda karena ada pria jauh yang melamarnya jadi di keluarga jika ada seorang pria yang melamar tidak boleh menolaknya Kakaknya juga suka dengan pria itu. Harus di INGAT ya, kakaknya bukan dijodohkan. Tetapi karena suka sama suka, cinta sama cinta, dan sayang sama sayang. Dan akhirnya kakaknya menikah muda dan tinggal jauh dari keluarganya.
“Hei, kok melamun. Aku tidak suka melihatmu berwajah seperti ini”
“Aku capek menunggunya berjam jam disana. Tapi dia tak kunjung datang. Aku seperti orang bodoh duduk di bangku taman.” Haera menunduk, merengut sambil mengoyang goyangkan kakinya.
“Seharusnya jika tidak jadi pergi, dia mengabariku terlebih dulu. Sebelum aku datang ke sana. Ini seenak endasnya membatalkan acara tanpa memberitahuku. Untung saja aku berjumpa pria itu.”
“Pria itu? Pria siapa? Kau kenal dengannya??” tanya Tania penasaran.
“Ntahlah. Aku tak tau dia siapa. Aku hanya melihatnya membawa setangkai mawar putih yang indah sekali. Sayangnya aku bertemu dia di jalan. Kau tau? Dia memberikan bunga itu padaku, saat kami berselisihan.” Haera tersenyum gembira mengingat kejadian semalam. Seorang pria asing memberikan mawar putih yang sangat ia suka.
“Waw,,” Tania terkejut. “Tak kusangka dia begitu baik padamu. Aku juga mau di berikan se…” sebelum Tania melanjutkan pembicaraannya ia melihat seorang pria yang sudah berdiri di belakang Haera.
 “Sebaiknya aku harus masuk kelas dulu.” tambah Tania sambil melihat jam tangan monol yang digunakannya. Setelah itu Tania mencium pipi Haera dan melihat pria itu. Lalu pergi hingga tak terlihat lagi.
“Selamat pagi Queenn.” Sapa pria dibelakangnya. Haera berbalik dan melihat sosok pria yang sangat ia benci di pagi itu. Haera tak menjawab sapaan pria itu, lalu dia berbalik mengambil tas yang berada di sebelah ia duduk lalu berdiri.
“Queenn, kau marah padaku??  jika aku salah maafkanlah aku Queenn. Bukan maksudku untuk melupakan janji kita untuk berjalan jalan siang itu, tetapi aku terlambat bangun lalu terjebak dalam kemacetan. saat aku sampai disana kau sudah tiada. Aku sempat melihatmu dibelokan jalan. Tetapi lampu jalan berwarna merah. Butuh 1 menit aku menunggunya sedangkan kau sudah jauh.” Tambah pria itu panjang lebar.
“Sumpah Queenn aku menyesal.” Pria itu berlutut dibawah Haera, menunduk dengan memegang setangkai mawar putih. Haera hanya bisa diam dan terpaku. Ketika melihat pria itu berlutut, Haera tersontak kaget dan melihat mawar putihnya ia langsung melemah. Ada apa denganku kenapa aku tidak bisa menahan rasa suka ku pada mawar putih? Wanita itu terus terusan berfikir. Ia melihat disekelilingnya, orang orang berhenti berjalan, berhenti untuk beraktifitas, berhenti hanya untuk memandangi seorang cowok yang sedang berlutut dibawahnya.
“Hei” sapa Haera. “kau membuatku malu. Seberapa besar Maluku ini kau tak tau. Ayo lekas berdiri. Kalau tidak aku akan membuang mawar putihmu itu ke Tongsampah. Kau mauu??” geretak Haera pada pria itu. Pria itu mengangkat kepalanya lalu menatap Haera yang sedang menunduk sambil menatap pria itu.
“Aku hanya bergurau.Aku tak benar benar membuang mawar putih itu ke tong sampah. Hanya saja aku akan menginjak mawar itu jika kau tak berdiri sekarang juga.” Ancam Haera. Pria itu berdiri sambil menatap mata Haera dengan lurus. Setelah itu ia menjulurkan tangannya untuk memberikan bunga itu pada Haera. Semua pandangan mata yang melihat mereka kembali beraktifitas seperti semula. Haera mengambil bunga yang diberikan pria itu sambil tersenyum lebar. Pria itu balik tersenyum dan melihat Haera yang sedang mencium aroma bunga mawar yang diberikannya.
“Terlalu manis kau. Aku kurang suka. Kenapa kau tidak datang kemarin???” Tanya Haera dengan nada mengecil.
“Kan sudah kukatakan tadi. Aku hanya terlambat bangun, dan menunggu antrian mobil yang panjang (Macet). ayolah kita berjalan jalan hari ini, untuk menggantikan jadwal jalan jalan kita siang kemarin yang tidak jadi.”  Haera melihat jam yang dipakai di tangan kirinya.
 “Sepertinya hari ini aku tidak bisa. sebentar lagi aku akan masuk kelas.” Jawab Haera dengan wajah menyesal.
“Bagaimana kalau nanti malam? Ya untung untung mengganti jadwal jalan jalan siang kita kemarin menjadi makan malam.” Tambah Haera dengan senyum lebar, dengan mata sedikit dikedipkan dan penuh harapan.
“Sayang sekali, padahal aku ingin menunjukkan sesuatu untukmu. Tapi sepertinya lebih menyenangkan jika nanti malam aku menunjukkannya.” Pria ini adalah mantan pacar Haera dulu. Tapi sekarang bisa dikatakan teman dekatlah. Pria ini lebih tinggi dari Haera, rambutnya sedikit jigrak dibagian atas, memiliki sedikit Poni yang disampingkan, rambutnya berwarna hitam, dengan wajah yang lumayan tampan, memiliki bola mata yang berwarna hitam, hidungnya mancung, bibirnya sedikit berwarna merah,  berkulit sao matang dan begitu banyak wanita yang mengidamkannya. Tapi pria itu hanya tertarik pada satu wanita yaitu Haera. Pria ini bernama Karan Muhammad Jaymin . Ya pria ini berdarah India. Ia lahir di India pada 19 tahun yang lalu. Tapi sekarang dia tidak pernah kembali ke India sejak 12 tahun lamanya. Dia mengenal Haera sudah 11 tahun. Karena dulu mereka sempat tetanggaan. Haera biasa memanggilnya dengan panggilan Ijay dan kadang kala Jaymin.


            Tiiiiittt……… Tttiiiiiiittt…… Tiiiittttt……!!! Terdengar klakson mobil dari depan rumah Haera. “Haera pergi dulu ya maa” teriak Haera dari dalam rumah.
“Hati hati sayang” jawab mamanya sambil berteriak hingga menghampiri anaknya sambil memegang lengan Haera. “Inget, jangan pul” sebelum mamanya menyelesaikan pembicaraan Haera memotong pembicaraan mamanya
“ang malam malam. Haera tau maa. Haera kan udah 18 tahun. Jadi mama gak usah khawatir. Lagi pula Haera pergi sama Ijay kok.” Kata Haera meyakinkan mamanya.
“ohh mama sangka kamu pergi sama Tania. Bilang sama Ijay, mama titip salam sama mama papanya. Di sampaikan ya sayang.” Kata mamanya setelah itu mencium pipi anaknya.
“Ingat ja” tambah mamanya. Sebelum menyelesaikan kembali perkataan yang ingin dikatakn mamanya,  mamanya melihat mata Haera yang sudah melotot. Mamanya tertawa melihat kelakuan anaknya itu.
“Ya udah Haera pergi dulu. Kasian dia udah nunggu lama.” Kata Haera. Haera berjalan menuju pintu mobil Ijay. Lalu membukanya dan menaiki mobil. Lalu mobil itu mengklakson hingga meninggalkan  rumah Haera.
“Pamit sama mamanya kok lama banget. Emang mau kemana sih?”
“Kau seperti tak tau mamaku saja. Mamaku itu sangat khawatir sama anaknya. Biasa aku kan anak paling ten ten. Jadi wajib dong kalau di manja, apalagi sama mamanya.” Jawab Haera dengan percaya diri.
“Halahh, kelihatan banget anak maminya saaa…” pria itu menghentikan perkataannya. Haera hanya terdiam, karena sebenarnya pria itu ingin mengatakan ‘sayang ku ini’. Tetapi dikarenakan dia sudah lama tau Haera tidak suka dipanggil sayang oleh lelaki kecuali papa dan abangnya maka pria itu menghentikan pembicaarnnya. Menurut Haera itu terdengar mengesalkan. Karena saat Haera berpacaran dengan Jaymin dulu, Jaymin selalu mengatakan sayang kepadanya. Tapi dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari Jaymin.  Baginya Jaymin itu hanya memainkan perasaannya. Dulu Haera sangat sayang kepadanya. Tetapi Jaymin malah berpacaran dengan wanita lain. obrolan yang sebentar tadi tiba tiba berubah menjadi kesunyian. Haera menarik nafas lalu melihat Jaymin yang sedang menyetir mobil.
“Mawar putih buatku mana??”  Haera sadar, bahwa keadaan sangat sunyi jadi dia lebih dulu menyapa dari pada diperjalanan mereka dihantui kesunyian mending mereka mengobrol.
“Maaf Queenn, hari ini aku tidak membawa setangkai mawar putih untukmu.”
“wah wahh, berani sekali kau datang menjemputku tanpa membawa itu.” Repet Haera kepada Jaymin.
“Ya memang aku berani. Karena aku tidak membawa setangkai. Tapi aku membawanya seikat untukmu. Itu ada di kursi belakang.” kata Jaymin dengan tertawa kecil. Haera yang sebelumnya melihat Jaymin lalu mengalihkan pandangannya ke kursi belakang. Mata Haera melotot, lalu tersenyum.
“Hei, reaksimu tak harus begitu” ledek Jaymin. Haera mengalihkan pandangannya kembali kepada Jaymin.
“Lantas, aku harus bereaksi seperti apa. Kalau saja aku tak bereaksi seperti itu, kapan kapan kau tak mau memberikan mawar putih seperti ini lagi kepadaku” Haera membalas ledekan Jaymin. Jaymin yang menyetir sesekali melihat wanita yang ada di sebelahnya.
“Kau ini. Berapa banyak mawar putih dirumahmu??” gurau Jaymin. “Selalu saja mawar putih, mawar putih. Kenapa tidak mawar merah??”
“Lah lahh, kau selalu bertanya seperti itu. Hei Jay, bukankah kau yang mengerti aku?? Kau kan penggemarku. Masak kau tak tau. Sudah lama kau mengenalku Jay. Masa begitu saja kau tak tau…” balas Haera dengan meyipitkan matanya. Pria itu tertawa mendengar perkataan Haera.
 “Apa? Apa yang salah??”
“Tidak, kau ini lucu sekali Queen. Maka itu aku sangat menyesal sekarang. Kenapa aku menyia nyiakanmu dulu” kata jaymin melihat Haera sambil meyipitkan matanya. Haera tertawa lalu melihat Jaymin.
“Kau sangka aku bodoh seperti wanita wanita yang lain. aku emang menyukaimu, tapi aku sudah menganggapmu sebagai abangku. Kau tau, kau itu hanya penolong buatku” kata Haera sambil tertawa. Karena lampu menunjukkan warna merah, mobil yang dinaiki mereka pun berhenti menunggu lampu berwarna Hijau. Kalau tidak mengikuti aturan lalu lintas, bisa bisa mereka ditilang. Jadi ikuti aturan saja yaa.
“Penolong??” tanya Jaymin. “Penolong apa??”
“Kau ini Lemot sekali.” Jawab Haera tertawa. “kau ini layaknya malaikat yang turun dari langit. Kau selalu ada buatku disaat aku sedih, aku kesulitan, aku dalam bahaya, kau selalu ada” Haera menggerakkan tangannya seperti orang orang membaca puisi dengan gayanya menunjukkan keatas saat berkata ‘Turun dari langit’. Selagi Haera berbicara, pria itu memperhatikannya dan tertawa.
“Salahnya sangat sulit kurasa, bahwa kau pernah menyakitiku dengan memilih wanita lain.” katanya dengan suara mengecil. Jaymin terdiam dan raut wajahnya yang tersenyum lebar, kini senyumnya tipis sekali. lampu jalan berwarna hijau, percandaan tadi kembali merubah segalanya menjadi kesenyuin .


            Haera dan Jaymin duduk bersebelahan di suatu café yag sudah sering mereka datangi. Mereka sudah memesan makanan dan minuman. Lalu mereka melanjutkan pembicaraan yang sempat berhenti dikarenakan perkataan Haera.
“Hei” sapa Jaymin. “kau benar benar membuatku kesal.”
“Kesal??” Haera terpelanga.
“Ya Kesal. Aku kesal dengan percandaan kita tadi. Padahal aku serius mengatakan, kalau aku menyesal menyia nyiakanmu dulu.”
“maksudmu? Maksudmu apa sih aku tidak mengerti.”
“kau tidak mengerti, apa pura pura tida mengerti?” Jaymin mendekatkan wajahnya ke wajah Haera. Haera mengelak dan menjauhi wajah Jaymin dengan memundurkan kepalanya.
“Kau masih tidak mengerti?” Jaymin tersenyum dan menjauhi wajahnya. Haera menggeleng dan menggigit jari telunjuknya. Jaymin terdiam, lalu melihat sekitarnya dan merapikan jas yang ia pakai. Lalu melihat Haera secara singkat. Haera tertawa melihat Jaymin. Ketika Jaymin melihat Haera tertawa, Haera terdiam dan menutup mulutnya sendiri.
 “iya iya, aku mengerti. Maksudmu tadi Kau masi mencintaiku kan??”
“Nah, itu dia baru nalar.” Jaymin menunjuk hidung Haera. Haera melihat Jari telunjuk Jaymin yang menunjuk hidungnya.
“ iya, kenapa? Kau tidak mau jika aku mencintaimu kembali?” tanya Jaymin. Mereka berdua saling bertatapan. Saling berpandangan lurus pada mata lawan bicaranya.
 “Aku mencintaimu.” Kata Jaymin dengan suara mengecil. “I-LOVE-U” dia mengeja perkataannya. “Aishiteru” katanya lagi. Haera hanya menatapnya terus menerus. Dadanya terasa ada yang mengganjal, dan dia tidak tau harus menjawab apa. Dalam hati ia berkata, jika aku kembali padamu. Aku takut, aku takut kau tidak seperti ini. Aku takut, aku takut kau bersikap berbeda. Dan aku juga takut, takut jika aku putus denganmu yang kedua kalinya kau tak melihatku bahkan kau akan membenciku. ‘Bagaimana ini, aku harus menjawab apa.’
“Kau tak mau menjawabku??”
“sulit kurasa untuk mengatakannya”
“Sulit?” Jaymin menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal,
“ya. Karena aku bingung kau sedang berkata jujur, bercanda atau apa??” Haera kembali menggigit jari telunjuknya. Pria itu tertawa.
“Queen jujur dari hatiku yang paling dalam. Aku sungguh sungguh mencintaimu. Kau masih tidak percaya juga?” kata Jaymin sambil memegang tangan Haera. Haera menggeleng kepalanya.
 “Kau ini sulit dii..” sebelum Haera melanjutkan pembicaraan ia melihat seorang pria yang duduk sendirian di café itu. Pria itu seperti tak asing lagi di pandangan matanya. Ia melihat sambil mengingat siapa pria itu. Terus mengingatnya dan “Ya, aku ingat” katanya menunjukkan jari lalu berjalan menghampiri pria itu. Jaymin hanya duduk dan melihat kelakuan Haera yang menghancurkan moment itu.
“Hei, mau kemana Queen??” kata Jaymin. Tapi Haera tak memperdulikan Jaymin. Setelah sampai didepan meja pria itu, Haera tersenyum. Pria itu melihat Haera dari bawah keatas lalu membalas senyumnya.
“Hai” sapa pria itu.
 “Hai, kau ini kan” kata Haera setengah setengah.
 “kau ini yang memberikan mawar putih padaku saat kita berselisihan di jalan kan?” tanyanya meyakinkan pria itu.  Pria itu tertawa lalu menunjukkan jari telunjuknya kepada Haera dan menggoyangkan jarinya itu.
“ohh iya, kau wanita misterius dengan pandangan sinis itu kan”. Haera tertawa mendengar perkataan pria itu.
“Bolehkah aku duduk disini?”
“Tentu saja. Lagi pula aku hanya sendirian. Ayo silahkan duduk.” Kata Pria itu mempersilahkan dengan menjulurkan tangannya.
 “Bagaimana? Kau suka bunga dariku?”  pria itu mengawali pembicaraan. Haera sedikit membuka mulutnya lalu menaiki alis mataya sebelah dengan mengerutkan keningnya. Jaymin melihat mereka berdua dari kejauhan. Tapi sayang Jaymin tidak dapat mendengar percakapan mereka berdua.
“Aku suka mawar putih. Jadi tak heran aku suka bunga darimu.”
“hah? Kau suka mawar putih? Sama seperti ibuku, ibuku juga suka mawar putih
“benarkah??” tanya Haera dengan wajah penasaran.
“Ya benar. Kau meragukanku??” pria itu balas pertanyan haera dengan menatap Haera. Haera tertawa melihat pria itu menatap Haera.
“Aku suka matamu”. Haera terdiam lalu tersenyum lebar.
“Kau ini lucu sekali. Aku yang suka dengan matamu. Matamu brwarna coklat. Oh iya, sebelum kita ngobrol lebih lama, sepertinya kita harus memperkenalkan diri”  Haera menjulurkan tangannya dan melihat wajah pria itu. “Namaku Queenhaera. Terserahmu mau memanggilku apa. Queen atau Haera juga boleh”. Pria itu tersenyum lalu melihat mata Haera dengan lurus.
“Namaku Zaki Fadhly Rahman” katanya sambil berjabatan dengan Haera.
“terserahmu mau memanggilku dengan panggilan apa Queen.” Haera menggeleng gelengkan kepalanya dan tersenyum. Tangan mereka berdua masih berjabatan dan sepertinya pria itu tidak ingin melepaskan tangan Haera. Haera pun hampir terhipnotis oleh nya. Lalu tiba tiba Haera tersontak kaget lalu merunduk. Zaki masih menatap Haera.
“Hei Zaki. Lepaskan tanganku. Temanku sedang menungguku disana.” Tambahnya sambil menunjuk ke arah Jaymin.
“Itu temanmu??” tanya Zaki.
“iya. Ya sudah, selamat tinggal.” Zaki memegang lengan Haera. Haera pun melihat Zaki, mereka berdua saling melihat.
“Jangan ucapkan selamat tinggal. Aku rasa kita akan terus berjumpa.”  Haera mengalihkan pandangannya ke arah Jaymin. Jaymin pun melihat Haera dari kejauhan. Zaki juga melihat Jaymin secara bersamaan. Lalu Haera melihat Zaki yang sedang melihat Jaymin. Zakipun akhirnya melepaskan lengan Haera.
“Kenapa kau yakin sekali kalau kita pasti akan terus berjumpa?” kata Haera sambil tersenyum lebar.
“karena aku akan megikutimu”. Zaki yang tadinya melihat Jaymin kini beralih melihat Haera sambil tertawa. Haera tertawa setelah itu kembali melihat Jaymin.
“Ya sudah. Aku pergi dulu” kata Haera tersenyum lebar. Haera yang tadinya duduk di sebelah Zaki kini berdiri dan berjalan meninggalkan Zaki. Zaki melihat Haera hingga sampai di meja Jaymin. Jaymin pun melihat Zaki yang sedang melihat Haera. Hah, sungguh ribet pria pria ini lihat lihatan wanita.

             

            “Terima kasih” kata Haera. Makanan yang dipesan sudah sampai di meja mereka. Dan kini mereka siap untuk menyantapnya. Jaymin sesekali melihat Haera yang sedang makan lalu tersenyum. Haera yang merasa sedang diperhatikan oleh Jaymin langsung mencubit tangannya Jaymin.
“Kau kau, jangan berulah” kata Haera dengan mulut penuh dengan makanan.
“aku lucu melihatmu. Kelihatan sekali kau sedang kelaparan.”Jaymin yang sedang memotong potongan steak pun tertawa. Haera cepat cepat mengunyah dan menelan makanannya.
“ahh kau ini bergurau. Kau tau ini jam berapa??” tanya Haera sambil menunjuk jam. “Jam 20:35 WIB. Dan kau tau kita harus apa??”
“ya aku tau.”
“Lantas, mengapa lama sekali kau makan.” Kata Haera sambil melihat makanan.
“Hei, makanan ini baru datang. Mungkin ada kemacetan saat mereka memasak. Sehingga lama sekali makanan ini dihidangkan dimeja kita.” Kata Jaymin sambil melihat Haera. Haera yang mengunyah makanan tersedak. Lalu Jaymin pun memberikan minuman kepada Haera.
“Kau tak tau cara menelan ya??” tanya Jaymin dengan raut wajah yang sedikit marah. Haera yang tersedak kini kembali normal.
“Habisnya kau lucu sekali. Kau sangka café ini jalan raya sehingga ada kemacetan?” kata Haera tertawa.
“Ahh kau ini yang aneh.”
“Apa?? Aku??” Haera menunjuk hidungnya menggunakan jari telunjuknya.
“Iya. Kelihatan sekali kau tidak biasa masak” ledek Jaymin.
“Kauuuuuu…” kata Haera geram. Zaki melihat mereka dari kejauhan, Karena zaki akan pergi meninggalkan café. Ketika zaki sudah keluar, Haera melihat meja Zaki. Tetapi Zaki sudah tidak berada disana.
“halahh tidak usah ngeles. Emang nyatanya begitukan.” Kata Jaymin tertawa. Saat Jaymin berbicara. Haera tidak mendengarnya. Dia hanya melihat ke arah tempat Zaki duduk tadi.
“Hei Queen” kata Jaymin.
Haera hanya terdiam dan terus memandangi tempat itu. Ia melihat sekeliling tapi zaki tidak ada.
“Queeenn.” Kata Jaymin menggoyang lengan Haera. Haera tersontak kaget lalu melihat Jaymin. Tetapi Haera hanya membalasnya dengan senyuman yang singkat. Jaymin heran melihat kelakuan Haera. Dalam hati Haera berkata ‘kau seperti hantu. Tiba tiba menghilang’ sambil tersenyum memandang piring yang hanya ada kwitiaw yang tinggal beberapa sendok lagi, kerupuk, acar, dan mentimun. Lalu Haera melihat piring Jaymin yang hanya tinggal sendok, garpu, dan wortel.
“kenapa cepat sekali kau memakannya”Haera melihat piring Jaymin sambil tertawa.
“bukankah kau yang menyuruhku cepat menghabisi makanan ini.”
“Ternyata kau yang lapar sekali, bukan aku. kalau begitu aku selesai memakannya” Haera melepaskan sumpit yang ia pegang.
“Hei Queen kau tidak bisa begitu.” Jaymin mengedipkan kedua matanya 2x secara berturut turut dan memajukan sedikit mulutnya.
“ahhh aku sudah kenyang. Jika perutku meledak kau mau tanggung jawab?” gurau Haera.
“Baiklah jika sudah selesai. Aku ingin menunjukkan sesuatu untukmu. Tetapi bukan disini.” Jaymin tersenyum.
“Lalu harus apa sekarang?”
“Harus tidur…!! Ya harus berdirilah.” Jaymin sedikit kesal dengan Haera. Meskipun dia tau Haera hanya bergurau, tetapi dia tidak mau kalau Haera merusak keseriusannya. Saat melihat haera tertawa, semua rasa kesalnya hilang begitu saja.


Haera terpanah melihat Taman yang dihiasi lilin lilin kecil serta mawar putih yang bertebaran dimana mana. Ia merasakan seperti mimpi indah yang ia tidak mau bangun dalam mimpi itu. Jaymin pun membalas reaksi Haera dengan senyuman lebar. Rasanya sangat puas melihat reaksi Haera yang sangat bahagia seperti itu, sampai Haera berputar putar.
“Bagaimana? Kau suka??” kata Jaymin menghentikan Haera yang berputar. Haera menarik nafas lalu mengeluarkannya lewat mulut. Lalu tersenyum lebar.
“I can’t belived.” Jawab Haera tersenyum.
“kalau kau mau, datanglah ke taman ini jika kau sedang merasa kesulitan.Tempat inilah yang ingin aku tunjukkan kepadamu. Taman ini milik ku. Aku sengaja membuat taman ini dan merahasiakannya dari orang orang hanya untukmu.” Haera melihat Jaymin dan mendekatinya.
“Kau benar benar masih mencintaiku?” tanya Haera penasaran dan berjalan menuju Jaymin.
“Ya. Aku selalu mengatakannya padamu. Tapi kau tak pernah mendengar perkataanku.”Jaymin mengecilkan nada bicaranya. Bagaikan momen momen itu tidak ingin diakhiri oleh Jaymin. Haera yang sudah berdiri didepannya dan menatapnya hanya dapat terdiam.
“Aku tau. Kau tidak akan pernah mau kembali kepadaku karena kesalahanku yang begitu besar. Tapi jujur, aku masih mengharapkanmu kembali.” Haera seperti tersontak kaget. Jantungnya berdebar lalu ia berpikir sejenak. Ntah apa yang ia pikirkan, setelah itu ia menegakkan kepalanya dan melihat Jaymin yang berada di depannya.
“Sepertinya kita harus pulang. Sudah pukul berapa ini. nanti mamaku marah.” Kata Haera menghentikan ketegangan. Jaymin tersenyum lebar dan memegang pergelangan tangan Haera.
“Kau tak marah padaku aku berkata seperti itu tadi?”
“Tidak. Aku kan sayang padamu. Lagi pula betapa sering kau ungkapkan perasaanmu ini. Jadi aku tak heran.” gurau haera. Jaymin tertawa mendengarnya.
“hahhaha, kau kau kau. Benar benar…!!” kata Jaymin yang terpotong oleh perkataannya.
“eiiittt, kau mau mengatakan apa. Ayooo lekas pulang” sela haera kepada Jaymin.
“hmmmppp, baiklahhh. BAWEL…!!” ledek Jaymin. Jaymin menarik lengan Haera. Tetapi Haera tidak mau jalan. Lalu Jaymin melihat Haera.
“Sebelumnya terima kasih”  Jaymin hanya dapat membalas ucapan Haera dengan tersenyum dan mengangguk. “ohh iya” tambah Hera sambil memukul keningnya.
“Kenapa??” tanya Jaymin.
“mamaku titip salam kepada orang tuamu” kata Haera.
“Oh..!! aku sangka apa” kata Jaymin sambil tertawa. “baiklah akan aku sampaikan, ayo kita pulang” ajak Jaymin.

2 komentar:

  1. baguss artikelnya
    Kunbal yaa
    ubeddiafakhri.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Kisah adalah bunga.Ketika satu tangkai patah dan mati, serbuk sari pelajarannya akan berkelana, menumbuhkan kisah baru yang jauh lebih indah -Fiersa Besari

    BalasHapus